Setiap manusia pasti mempunyai kemampuan atau potensi yang dikembangkan
dalam dirinya, baik berupa bakat atau kemampuan maupun berupa sifat/ karakter
atau kebiasaan baik. Maka, tugas setiap orang adalah untuk menemukan
kemampuannya.
Tuhan
memberikan talenta kepada setiap orang itu berbeda-beda dengan maksud agar
mereka dapat saling membantu, melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain
Dalam Injil Matius 25 : 14 – 30 tentang “Talenta “ Tuhan memberikan kepada setiap orang “Talenta” (kemampuan) sebagai karunia
secara berbeda-beda. Tuhan memanggil kita agar mengembangkan talenta itu
semaksimal mungkin, sehingga menghasilkan “buah” yang melimpah. Setiap orang
harus bertanggung jawab terhadap talenta yang dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Dalam perumpamaan tentang talenta tersebut, digambarkan ada dua sikap
terhadap talenta. Ada orang yang sungguh bertanggungjawab dan mengembangkannya
sehingga menghasilkan buah, dan ada juga yang tidak berbuat apa-apa sehingga
tidak menghasilkan apa-apa.
Perlakuan Tuhan kepada dua sikap tersebut juga berbeda. Sikap Bapa terhadap
orang yang mau mengembangkan talenta adalah; memujinya, menambahkan talenta
padanya dan memberikan kebahagiaan kepadanya, sedang kepada orang yang tidak
mau mengembangkan talenta, Bapa marah, kecewa, mengambil talenta itu dan
memberi hukuman kepadanya.
Karena kemampuan kita berbeda-beda, Tuhan menghendaki agar kita bekerja
sama dan saling melengkapi satu terhadap yang lain. Dengan kata lain, talenta
yang kita miliki perlu dikembangkan demi kepentingan bersama.
Dari Kitab Suci kita tidak mendapat informasi tentang talenta atau hoby
Yesus, tetapi kita menemukan hal ini : Bila mengajar, maka pengajaranya mampu
menarik orang untuk bertobat. Pribadinya sedemikian menarik, sehingga
kat-katanya dapat membuat orang merasa disapa dan dihargai. Dan masih banyak
hal positif lain yang dapat kita temukan dalam kepribaian-Nya. Dengan kata
lain, talenta tidak selalu harus diartikan sebagai bakat/ ketrampilan seperti
musik, menari dsb. Melainkan segala kemampuan khusus yang denganya kita mampu
memperkembangkan diri menjadi pribadi yang utuh serta dapat melayani sesama.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan talenta antara lain:
1. Belajar terus menerus tanpa takut gagal.
2. Ikut kegiatan ekstra di sekolah yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.
3. Sering mengikuti berbagai macam lomba untuk mengasah kemampuan.
4. Belajar dari pengalaman hidup orang lain dalam mencapai keberhasilan.
5. Menimba ilmu dari orang-orang yang lebih mampu dan bijaksana.
6. Membaca buku ilmu pengetahuan yang berguna.
7. Menyertakan Tuhan dalam setiap usaha yang kita jalankan dan sebagainya.
Selain memiliki kemampuan,
setiap orang juga mempunyai keterbatasan dalam hidupnya. Ada berbagai keterbatasan dalam
hidup seseorang, misalnya :
1. Keterbatasan fisik : cacat, buta dan cacat lainnya.
2. Keterbatasan kemampuan intelektual : berpikir lambat, susah menganalisa
masalah, dsb
3. Keterbatasan psikologi (sifat/ karakter) : pemalu, bersikap tertutup, ingin
menang sendiri, dsb.
4. Keterbatasan ekonomi : tidak memiliki biaya atau dana
5. Keterbatasan sistem budaya : larangan untuk merantau, kebiasaan-kebiasaan
masyarakat yang sulit diubah, dsb.
Ada berbagai macam
sikap seseorang dalam menghadapi keterbatasan yang
dimilikinya, ada yang bersikap positif, ada pula yang bersikap negative. Orang
yang bewrsikap negative terhadap keterbatasannya misalnya :
1. Sikap minder
Sikap
minder ini dapat mengakibatkan :
a. Merasa hidupnya sebagai beban, sebab merasa hidupnya kurang beruntung
b. Sukar bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain
c. Iri hati, cemburu, menganggap orang lain lebih beruntung dari pada dirinya
d. Memandang Tuhan tidak adil terhadap dirinya.
2. Sifat munafik
Sikap
munafik ini dapat mengakibatkan:
a. Melakukan segala upaya untuk meutupi kekurangan dengan menghalalkan segala
cara. Misalnya : orang yang penakut akan berusaha omong besar bahwa dia sering
melihat hatu, menjelekkan teman yang dianggap saingan, agar orang lain lebih
dekat dan berpihak kepadanya.
b. “Menjilat atasan “ dan menekan bawahan.
Bagaimanapun juga kedua sikap tersebut pada akhirnya akan merugikan diri
sendiri. Kerugian itu antara lain :
a. Kita akan mengalami kesulitan dalam pergaulan dengans sesama
b. Kurang disenangi oleh teman-teman
c. Kurang dilibatkan dalam aktifitas kelompok
d. Tidak mampu menutupi dan menghilangkan kekurangan yang kita miliki, bahkan
bisa membuat kekurangan itu semakin besar, dan makin merugikan kita
Sikap yang perlu dibangun dan dikembangkan dalam mengahdapi kekurangan adalah
sikap yang positif yaitu:
1. Kita harus mampu menerima diri sebagai pribadi yang memiliki kekurangan dan
yakin bahwa hal itu juga dialami oleh setiap orang
2. Berusaha untuk
tidak menjadikan kekurangan sebagai alasan untuk tidak
berkembang atau sukses. Banyak orang cacat atau memiliki kekurangan secara fisik
tetap bisa meraih sukses dalam hidupnya, bahkan bisa membantu
orang lain.
Dalam Injil Markus 4 : 35 – 41 tentang “Angin ribut
diredakan”
ada sikap positif yang dapat kita
teladani dari para murid Yesus dalam menghadapi keterbatasannya. Dalam
keterbatasannya mereka tidak bersikap minder, munafik, melainkan datang dan meminta
kepada Tuhan Yesus (Mrk 4 : 35-41, 6 : 35-44 dan Luk 5: 1-11) mereka yakin
bahwa Yesus akan membantu, sehingga mereka bisa keluar dan mengatasi
keterbatasannya.
Cerita Kitab Suci tersebut membuat kita semakin diteguhkan untuk saling
membantu dan bekerja sama dalam keterbatasan masing-masing demi saling
melengkapi dan mengembangkan diri.
Maka cara mengatasi keterbatasan selain mencoba berlatih dan bertanya pada
orang lain, ternyata kehadiran Tuhan menjadi penting. Dan bagi kita yang hidup
dijaman sekarang ini bisa menempuhnya dalam doa penuh iman.
Terhadap berbagai kemampuan maupun keterbatasan yang kita miliki, patutlah
kita bersyukur kepada Tuhan. Ada beberapa cara yang dapat kita
lakukan untuk bersyukur kepada Tuhan atas hidup kita dengan
berbagai kemampuan dan keterbatasan kita misalnya :
1. Memuliakan Allah lewat doa atau ibadat, baik secara pribadi maupun bersama.
2. Menolong sesama yang menderita.
3. Berusaha hidup lebih baik.
4. Memelihara kehidupan itu sendiri, misalnya dengan menjaga kesehatan,
kebersihan, menjauhi obat-obat terlarang
5. Menjaga kehidupan orang lain, seperti yang dilakukan Ibu Theresa yang
menolong orang-orang miskin dan terbuang.
6. Membiasakan bersyukur atas peristiwa hidup, baik suka maupun duka.